Entri Populer

Senin, 06 Desember 2010

Kompleks Benteng Otanaha, Sepenggal Sejarah Gorontalo


SIANG mulai beranjak sore saat kami tiba di kompleks Benteng Otanaha. Tak terlihat banyak pengunjung, kecuali satu-dua penduduk sekitar. Selebihnya, sepi. Udara yang tidak terlalu panas, kerimbunan pepohonan, dan matahari yang perlahan tenggelam membuat suasana terasa makin sepi.
K>small 2small 0<lebih terasa saat berada di kompleks bangunan benteng yang letaknya berada di ketinggian. Tak terdengar lagi suara lalu lalang kendaraan. Hanya semilir angin yang membuat dedaunan saling bergesek dan menimbulkan suara gemerisik. Selebihnya bisu. Termasuk tiga bangunan benteng yang tampak kokoh dan nyaris angker.
Berdiri di Benteng Otanaha, sejauh mata memandang tampak sebagian Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo serta daerah-daerah lain di sekitarnya. Bahkan, untuk melihat kerusakan Danau Limboto pun, paling tepat bila dilihat dari atas benteng ini. Jaring- jaring apung di tengah danau, bagian-bagian danau yang sudah menjadi permukiman atau persawahan juga tampak sangat jelas.


Kompleks Benteng Otanaha yang berada di ketinggian memang memungkinkan untuk melihat semua itu. Kompleks benteng ini terdiri atas tiga buah bangunan benteng berbentuk bulat tanpa atap.
Benteng utama disebut Benteng Otanaha yang letaknya paling tinggi dari dua benteng lainnya. Yang kedua Benteng Otahiya yang berada di bawah Benteng Otanaha dan di atas Benteng Ulupahu. Ketiga, dan yang berada paling bawah, adalah Benteng Ulupahu.
Dari Kota Gorontalo, perjalanan ke kompleks Benteng Otanaha bisa ditempuh dalam waktu 15 menit berkendara roda empat dalam kecepatan sedang. Untuk pengguna angkutan kota, juga tersedia jalur ke Otanaha. Hanya saja, kendaraan angkutan ini tidak langsung berhenti di area parkir. Sebenarnya, dari jalan besar ke kompleks benteng hanya sekitar satu kilometer dan cukup banyak tersedia becak motor (bentor).
Dari area parkir, ada dua rute untuk sampai ke tiga buah bangunan benteng ini. Rute pertama adalah melalui 657 anak tangga. Ke-657 anak tangga ini terbagi atas tiga bagian. Bagian pertama menuju Benteng Ulupahu, yakni 59 anak tangga. Selanjutnya pada bagian kedua menuju Benteng Otahiya ada 245 anak tangga. Untuk sampai ke puncak atau ke Banteng Otanaha yang juga benteng utama, terdapat 353 anak tangga.
Susunan anak tangga ini cukup terjal mendaki dengan pepohonan di kiri kanannya dan rawa-rawa di bawahnya. Bila tidak mampu mendaki lewat tangga, rute kedua adalah melalui jalan beraspal yang juga mendaki. Jalan beraspal ini bisa dilalui dengan kendaraan roda empat atau roda dua hingga ke kaki bangunan Benteng Otanaha.


TAK salah bila mengatakan sejarah Gorontalo terkait erat dengan benteng ini. Ketiga benteng ini memiliki pengertian dan arti sendiri-sendiri. Otanaha berasal dari kata ota (benteng) dan Naha, nama orang yang menemukan benteng tersebut. Sementara benteng kedua berasal dari kata Ohihiya yang adalah istri Naha. Sementara benteng ketiga, Ulupahu, adalah akronim dari uwole yang berarti milik dari Pahu, anak Naha dan Ohihiya.
Keberadaan benteng ini merupakan salah satu bagian dari sejarah Gorontalo. Alkisah, pada abad XV daratan Gorontalo sebagian besar masih merupakan perairan. Saat itu Gorontalo masih berbentuk kerajaan dengan Raja Ilato dan permaisurinya, Tolanguhula. Raja ini berkuasa antara tahun 1505- 1585. Pasangan raja dan ratu ini dikaruniai dua putri, yakni Ndoba dan Tiliaya, serta seorang putra bernama Naha.


Dikisahkan, saat menginjak usia remaja, Naha pergi merantau dan tinggallah dua saudara perempuannya, Ndoba dan Tiliaya. Suatu saat, kapal berbendera dan berisi orang- orang Portugis singgah di Gorontalo. Perwakilan orang Portugis pun bertemu Raja Ilato dan menawarkan kerja sama. Hasil kerja sama itu adalah kesepakatan untuk memperkuat sistem pertahanan dan keamanan dalam negeri. Untuk menandai kesepakatan ini, dibangunlah tiga benteng yang letaknya di ketinggian perbukitan Kampung Dembe I Kecamatan Gorontalo (nama tempat sekarang). Tempat ketiga benteng inilah yang belakangan dikenal sebagai kompleks Benteng Otanaha.
Masih menurut sejarah, pada tahun 1525 Gorontalo diserang musuh. Karena Naha belum tiba dari perantauan, tampillah Ndoba dan Tiliaya sebagai tokoh pejuang yang memobilisasi penduduk untuk menghadapi musuh. Saat serbuan musuh inilah terkuak kebusukan Portugis. Usulan kerja sama yang pernah ditawarkan Portugis ternyata akal-akalan belaka. Buktinya, bukannya membantu Gorontalo, Portugis malah membantu musuh Gorontalo. Dipimpin rajanya, rakyat Gorontalo akhirnya berjuang mengusir Portugis.


Singkat cerita, pada tahun 1585 Naha kembali dari perantauan. Saat itu dia sudah memperistri Ohihiya dan kemudian dikaruniai dua putra, Paha (Pahu) dan Limona. Saat kembali dari merantau, Gorontalo sedang berperang melawan pasukan Hemuto. Naha dan keluarganya akhirnya tampil memimpin serangan. Mereka kemudian menemukan kembali tiga bangunan benteng dan seperti yang dilakukan orangtua dan saudaranya sebelumnya, tiga bangunan ini juga menjadi benteng pertahanan.
Dalam pertempuran ini, Naha dan Pahu gugur. Untuk mengenang perjuangan mereka, ketiga benteng ini kemudian dinamai seperti nama Naha, Ohihiya istrinya, dan Pahu, putra Naha dan Ohihiya.
Sejumlah cerita yang kemudian beredar di masyarakat juga menyebutkan saat tak lagi digunakan berperang, benteng ini biasanya digunakan sebagai arena sabung ayam. Versi lain menyebutkan benteng sebagai tempat melakukan berbagai upacara kerajaan.
“Kata nenek saya, yang juga dia dengar dari neneknya dan nenek-nenek sebelumnya, konon benteng ini dulu dijadikan arena sabung ayam. Biasanya acara sabung ayam di benteng ini khusus untuk keluarga bangsawan,” ujar Rudy Moerad, warga Kota Gorontalo.
Entah benar entah tidak, yang pasti kompleks Benteng Otanaha menyimpan banyak kisah dan mungkin juga rahasia. Bahkan, benteng ini pun diyakini menjadi salah satu saksi bisu akan kekeringan dan kerusakan yang terjadi di Danau Limboto saat ini. Konon, berpuluh bahkan beratus tahun lalu, air Danau Limboto tingginya mencapai bagian bawah bangunan benteng. Andai benteng ini bisa bicara….

Minggu, 05 Desember 2010

GAMBAR MAKAM PARA NABI

1. Jejak Kaki Nabi ADAM, AS di Sri Lanka
 
 
2. Makam ABEEL, anak dari Nabi Allah ADAM, AS di Arab Saudi
 
 
3. Makam ABU TALEB, Paman Nabi Allah MUHAMMAD, SAW di Mekah
 
 
4. Makam BILAL HABASHI, di Damaskus
 
 
5. Makam FATIMA ZAHRA
 
 
6. Makam Khadijah, Istri Nabi Allah MUHAMMAD, SAW di Mekah
 
 
7. Makam Nabi Allah ADAM, AS di Jordan
 
 
8. Makam Nabi Allah DAUD, AS di Israel
 
 
9. Makam Nabi Allah HARUN, AL
 
 
10. Makam Nabi Allah MUHAMMAD, SAW di Arab Saudi
 
 
 11. Makam Nabi Allah MUSA, AS di Israel
 
 
12. Makam Nabi Allah SALEH, AS
 
 
13. Makam Nabi Allah SHOAIB, AL
 
 
14. Makam Nabi Allah YAHYA, AL
 
 
15. Makam Nabi Allah ZAKARIA, AL
 
 
16. Makam Nabi Nabi Allah YUSYA, A.S, di Jordan
 
 
17. Makam SITI HAWA di Jeddah

Sabtu, 04 Desember 2010

Trik menghapus file yang susah dihapus

foto berita artikel

Anda pernah mengalami kesulitan saat menghapus suatu file dari Windows Explorer. Pada kondisi tersebut, Windows Explorer memperingatkan bahwa file itu masih digunakan oleh sistem. Terkadang, masalah itu akan bisa diselesaikan jika Anda me-restart computer, khususnya Anda sudah menguninstall suatu paket program aplikasi tertentu dari computer Anda. Bisa jadi Anda tidak sabar menunggu jika harus melakukan restart terlebih dahulu.

Berikut ini tips untuk mengatasinya:
1. Buka Command Prompt dari menu Start > All Programs > Accessories > Run.
2. Buka Task Manager, dengan mengetikkan Taskmgr.exe, atau Anda bisa menekan tombol Ctrl+Alt+Del.
3. Pada Window Task Manager, klik tab Processes, cari dan pilih link explorer.exe. Klik End Process. Kembali lagi ke mode Command Prompt, pilih folder tempat file yang sudah dihapus, tekan tombol Del.
4. Buka kembali Window task Manager, aktifkan Explorer .exe melalui perintah File > New isikan explorer.exe, tekan enter.

sumber : beritanet.com

Jumat, 26 November 2010

KISAH BOCAH AMERIKA MASUK ISLAM

KISAH BOCAH AMERIKA MASUK ISLAM

Rasulullah saw bersabda: ”Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari)



Kisah bocah Amerika ini tidak lain adalah sebuah bukti yang membenarkan hadits tersebut di atas.

Alexander Pertz dilahirkan dari kedua orang tua Nasrani pada tahun 1990 M. Sejak awal ibunya telah memutuskan untuk membiarkannya memilih agamanya jauh dari pengaruh keluarga atau masyarakat. Begitu dia bisa membaca dan menulis maka ibunya menghadirkan untuknya buku-buku agama dari seluruh agama, baik agama langit atau agama bumi. Setelah membaca dengan mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Padahal ia tak pernah bertemu muslim seorangpun.

Dia sangat cinta dengan agama ini sampai pada tingkatan dia mempelajari sholat, dan mengerti banyak hukum-hukum syar’i, membaca sejarah Islam, mempelajari banyak kalimat bahasa Arab, menghafal sebagian surat, dan belajar adzan.

Semua itu tanpa bertemu dengan seorang muslimpun. Berdasarkan bacaan-bacaan tersebut dia memutuskan untuk mengganti namanya yaitu Muhammad ’Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan keberkahan Rasulullah saw yang dia cintai sejak masih kecil.

Salah seorang wartawan muslim menemuinya dan bertanya pada bocah tersebut. Namun, sebelum wartawan tersebut bertanya kepadanya, bocah tersebut bertanya kepada wartawan itu, ”Apakah engkau seorang yang hafal Al Quran ?”

Wartawan itu berkata: ”Tidak”. Namun sang wartawan dapat merasakan kekecewaan anak itu atas jawabannya.

Bocah itu kembali berkata , ”Akan tetapi engkau adalah seorang muslim, dan mengerti bahasa Arab, bukankah demikian ?”. Dia menghujani wartawan itu dengan banyak pertanyaan. ”Apakah engkau telah menunaikan ibadah haji ? Apakah engkau telah menunaikan ’umrah ? Bagaimana engkau bisa mendapatkan pakaian ihram ? Apakah pakaian ihram tersebut mahal ? Apakah mungkin aku membelinya di sini, ataukah mereka hanya menjualnya di Arab Saudi saja ? Kesulitan apa sajakah yang engkau alami, dengan keberadaanmu sebagai seorang muslim di komunitas yang bukan Islami ?”

Setelah wartawan itu menjawab sebisanya, anak itu kembali berbicara dan menceritakan tentang beberapa hal berkenaan dengan kawan-kawannya, atau gurunya, sesuatu yang berkenaan dengan makan atau minumnya, peci putih yang dikenakannya, ghutrah (surban) yang dia lingkarkan di kepalanya dengan model Yaman, atau berdirinya di kebun umum untuk mengumandangkan adzan sebelum dia sholat. Kemudian ia berkata dengan penuh penyesalan, ”Terkadang aku kehilangan sebagian sholat karena ketidaktahuanku tentang waktu-waktu sholat.”

Kemudian wartawan itu bertanya pada sang bocah, ”Apa yang membuatmu tertarik pada Islam ? Mengapa engkau memilih Islam, tidak yang lain saja ?” Dia diam sesaat kemudian menjawab.

Bocah itu diam sesaat dan kemudian menjawab, ”Aku tidak tahu, segala yang aku ketahui adalah dari yang aku baca tentangnya, dan setiap kali aku menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku”.

Wartawab bertanya kembali, ”Apakah engkau telah puasa Ramadhan ?”

Muhammad tersenyum sambil menjawab, ”Ya, aku telah puasa Ramadhan yang lalu secara sempurna. Alhamdulillah, dan itu adalah pertama kalinya aku berpuasa di dalamnya. Dulunya sulit, terlebih pada hari-hari pertama”. Kemudian dia meneruskan : ”Ayahku telah menakutiku bahwa aku tidak akan mampu berpuasa, akan tetapi aku berpuasa dan tidak mempercayai hal tersebut”.

”Apakah cita-citamu ?” tanya wartawan

Dengan cepat Muhammad menjawab, ”Aku memiliki banyak cita-cita. Aku berkeinginan untuk pergi ke Makkah dan mencium Hajar Aswad”.

”Sungguh aku perhatikan bahwa keinginanmu untuk menunaikan ibadah haji adalah sangat besar. Adakah penyebab hal tersebut ?” tanya wartawan lagi.

Ibu Muhamad untuk pertama kalinya ikut angkat bicara, dia berkata : ”Sesungguhnya gambar Ka’bah telah memenuhi kamarnya, sebagian manusia menyangka bahwa apa yang dia lewati pada saat sekarang hanyalah semacam khayalan, semacam angan yang akan berhenti pada suatu hari. Akan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa dia tidak hanya sekedar serius, melainkan mengimaninya dengan sangat dalam sampai pada tingkatan yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain”.

Tampaklah senyuman di wajah Muhammad ’Abdullah, dia melihat ibunya membelanya. Kemudian dia memberikan keterangan kepada ibunya tentang thawaf di sekitar Ka’bah, dan bagaimanakah haji sebagai sebuah lambang persamaan antar sesama manusia sebagaimana Tuhan telah menciptakan mereka tanpa memandang perbedaan warna kulit, bangsa, kaya, atau miskin.

Kemudian Muhammad meneruskan, ”Sesungguhnya aku berusaha mengumpulkan sisa dari uang sakuku setiap minggunya agar aku bisa pergi ke Makkah Al-Mukarramah pada suatu hari. Aku telah mendengar bahwa perjalanan ke sana membutuhkan biaya 4 ribu dollar, dan sekarang aku mempunyai 300 dollar.”

Ibunya menimpalinya seraya berkata untuk berusaha menghilangkan kesan keteledorannya, ”Aku sama sekali tidak keberatan dan menghalanginya pergi ke Makkah, akan tetapi kami tidak memiliki cukup uang untuk mengirimnya dalam waktu dekat ini.”

”Apakah cita-citamu yang lain ?” tanya wartawan.

“Aku bercita-cita agar Palestina kembali ke tangan kaum muslimin. Ini adalah bumi mereka yang dicuri oleh orang-orang Israel (Yahudi) dari mereka.” jawab Muhammad

Ibunya melihat kepadanya dengan penuh keheranan. Maka diapun memberikan isyarat bahwa sebelumnya telah terjadi perdebatan antara dia dengan ibunya sekitar tema ini.

Muhammad berkata, ”Ibu, engkau belum membaca sejarah, bacalah sejarah, sungguh benar-benar telah terjadi perampasan terhadap Palestina.”

”Apakah engkau mempunyai cita-cita lain ?” tanya wartawan lagi.

Muhammad menjawab, “Cita-citaku adalah aku ingin belajar bahasa Arab, dan menghafal Al Quran.”

“Apakah engkau berkeinginan belajar di negeri Islam ?” tanya wartawan

Maka dia menjawab dengan meyakinkan : “Tentu”

”Apakah engkau mendapati kesulitan dalam masalah makanan ? Bagaimana engkau menghindari daging babi ?”

Muhammad menjawab, ”Babi adalah hewan yang sangat kotor dan menjijikkan. Aku sangat heran, bagaimanakah mereka memakan dagingnya. Keluargaku mengetahui bahwa aku tidak memakan daging babi, oleh karena itu mereka tidak menghidangkannya untukku. Dan jika kami pergi ke restoran, maka aku kabarkan kepada mereka bahwa aku tidak memakan daging babi.”

”Apakah engkau sholat di sekolahan ?”

”Ya, aku telah membuat sebuah tempat rahasia di perpustakaan yang aku shalat di sana setiap hari” jawab Muhammad

Kemudian datanglah waktu shalat maghrib di tengah wawancara. Bocah itu langsung berkata kepada wartawan,”Apakah engkau mengijinkanku untuk mengumandangkan adzan ?”

Kemudian dia berdiri dan mengumandangkan adzan. Dan tanpa terasa, air mata mengalir di kedua mata sang wartawan ketika melihat dan mendengarkan bocah itu menyuarakan adzan.


Subhanallah

Ane yakin bakal nangis haru seperti wartawan itu, jika ane di situ


sumber : http://www.unikaja.com/2010/09/kisah-bocah-amerika-masuk-islam.html#ixzz16PMR8nl0

Maafmu Malaikatmu

Tak cukup waktu seribu tahun untuk memahami wanita? Setidaknya, itulah ungkapan para pakar kejiwaan barat seperti Freud, misalnya. Tapi terkadang kata maaf, cukup bagi wanita untuk mengubah diri dari sosok “kucing yang jinak”. Itulah uniknya wanita, dan demikianlah uniknya manusia.
Membangun Toleransi dengan “Maaf”
Tanpa toleransi, tak pernah niscaya. Kita harus membangun toleransi dalam jiwa kita untuk berdamai dengan kedukaan, bersapa akrab dengan kepedihan, berbaur nyaman dengan kegembiraan, dan tak menjadi takabur  segala kelebihan.
Bila itu ada pada jiwa kita, demikian juga terhadap orang lain. Bayangkanlah kepenatan hidup ketika setiap kemarahan orang menjadi bencana bagi kita, kebobrokan moral orang menjadi kiamat dalam hidup kita. Ketika kepasrahan memaksa orang berdamai dengan bencana, maka kesadaran manusiawi seharusnya memaksa kita bertoleransi terhadap segala kekurangan orang lain. Itulah makna sejati dari sebuah kata singkat yang mukjizat…: “MAAF”.
Maka Allah berfirman,
“Maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhya Allah menyukai orang-orang berbuat baik.” (al-Maidah : 13)
“Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.” (al-Hijr : 85)
“Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguh-Nya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (al-Baqarah : 109)
Allah bahkan menyandingkan kata “maaf” dengan peringatan terhadap kiamat. Betapa kata maaf erat sekali hubungannya dengan perjalanan seorang muslim menuju akhirat. Artinya, tanpa menjadi pribadi yang pemaaf, seorang muslim tak akan dapat memasuki Surga yang begitu luhur dan mulia. Surga adalah tempat bagi kaum  pemaaf.
Aisyah – rodhiyallohu ‘anha — menceritakan, “Rasulullah — shollallohu ‘alaihi wa sallam — bukanlah orang yang kasar dan suka berkata keji, bukan orang yang suka berteriak-teriak di pasar-pasar, tidak suka membalas kejahatan, namun justru suka memaafkan dan toleran.” [1]
Bila rumah tangga bertabur maaf, ia akan tumbuh dengan aura toleransi yang memberi kenikmatan pada setiap anggotanya. Istri akan sangat berbahagia di sisi suami yang pemaaf dan mudah bertoleransi. Begitu pula sebaliknya. Anak-anak akan hidup dalam damai, karena segala kekurangan mereka “dikoreksi”, tanpa “diadili”. Bila pun harus diadili, mereka tak akan diberi sanksi, kecuali sebatas sanksi itu berfungsi baik membangun kebaikan pada diri mereka.
Bila budaya toleransi dibangun baik dalam hidup, maka udara kehidupan akan terasa sejuk, dan nilai-nilai kebajikan akan tumbuh subur laksana jamur di musim  hujan.
Apa itu berarti membiarkan kemungkaran berseliweran (lalu lalang) dalam kehidupan rumah tangga tanpa dicegah dan dikoreksi? Saya yakin pembaca tahu, bahwa bukan itu maksudnya. Karena seorang muslim lebih wajib bertoleransi dengan keridhaan Allah, ketimbang keridhaan umat manusia, sepenuh dunia sekali pun.
Antara Memberi dan Meminta Maaf
Syekh Ibrahim bin al-Hamd, saat menjelaskan kewajiban suami memenuhi kebutuhan istri menegaskan,
“Bukan berarti suami dapat terus-menerus melalaikan hak-hak istrinya. Sebaliknya, ia harus memperhatikannya dan mohon maaf jika ia lalai dalam memenuhi haknya serta mengingatkan pahala yang akan ia terima atas kesabarannya.” [2]
Menjalankan kewajiban, lalu meminta maaf bila melakukan kekurangan. Itu intinya. Seperti memberi maaf, meminta maaf pun butuh dibiasakan. Toleransi dengan maaf adalah perpaduan antara bertoleransi dengan mudah memberi maaf, dan bertoleransi untuk mudah meminta maaf. Keduanya harus seimbang. Tak cukup seseorang banyak memberi maaf kepada siapa pun tanpa ia mudah meminta maaf atas segala kekeliruannya, atau atas segala kemungkinan di mana ia bisa saja keliru tanpa ia menyadarinya.
Kita akan  menjadi pribadi yang didekati orang, bila kita bertabur maaf. Orang senang berdekatan dengan kita. Karena kemarahan kita, tak membuat kita “menyegel” derajat orang di depan kita. Karena emosi kita, tak membuat kita merasa patut berlaku zhalim pada siapa pun. Bahkan kezhaliman orang terhadap kita pun tak lantas membuat kita layak melakukan kezhaliman serupa terhadapnya. Berbahagialah orang yang hidup dekat dan berinteraksi rapat dengan orang yang punya segudang maaf di hatinya.
Tapi, akan buyar segala penghormatan manusia terhadap orang dengan kekayaan maafnya, bila orang itu selalu merasa pantang memohon maaf bahkan atas kesalahan fatalnya sekali pun terhadap orang lain. Ia hanya pandai memberi, tanpa lihai menawarkan diri. Mudah memberi maaf, tapi sulit meminta maaf.
Cobalah amati firman Allah berikut,
“Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik…”
Di akhir ayat, Allah menegaskan,
“Barangsiapa yang melampui batas sesudah itu maka baginya siksa yang sangat pedih.” (al-Baqarah 178)
Meminta maaf dalam Islam disebut tahillah. Proses sederhananya sebenarnya ada dalam konsep tobat, bila terkait dengan hak orang lain.
1. Menyesali perbuatan dosa yang dilakukan.
2. Meninggalkan dosa tersebut.
3. Bertekad tak mengulanginya lagi
4. Mengembalikan hak orang lain, atau meminta dihalalkan atas kesalahannya.
Bila seseorang banyak menggunjing orang lain misalnya, maka taubatnya hanya diterima bila ia menyesali kenapa ia sampai menggunjing sahabatnya itu. Lalu ia tinggalkan kebiasaan menggunjingnya. Setelah itu tanamkan tekad tak akan mengulanginya. Baru sesudah itu, minfa maaf.
Haruskan maaf itu dilafalkan di hadapan orang yang kepadanya kita meminta dimaafkan atau dihalalkan kekeliruan kita? Ada dua kemungkinan.
Pertama, itu wajib bila diyakini meminta maaf tak menimbulkan kekisruhan dan kemudaratan yang lebih besar. Contohnya, tak dikhawatirkan orang itu malah mengamuk, memukul, atau memutuskan hubungan persaudaraan keislaman misalnya.
Kedua, tak perlu bahkan tak boleh diucapkan bila kemungkinan mudharat dan bahaya lebih besar itu terlihat nyata. Maka, permohonan maaf itu dapat diganti dengan memperbaiki sikap kita di hadapan orang tersebut, memberinya hadiah, membantu dia keluar dari kesulitan hidup, dan banyak-banyak membicarakan kebaikan orang tersebut di hadapan siapa saja. Karakter yang seolah-olah sudah dibunuhnya selama ini,  hendaknya dihidupkan kembali secara lebih nyata. Itu singkatnya.
Kenapa ini perlu saya tegaskan? Karena ada muslim yang berpandangan bahwa Islam mengajarkan kita memberi maaf, tapi tidak untuk meminta maaf. Itu keliru. Karena meminta dan memberi maaf, masing-masing memiliki keutamaan.
Bahkan orang tak layak disebut utama, bila ia hanya bisa memberi maaf tanpa bisa memintanya, atau selalu meminta maaf tapi begitu payah dalam memberi maaf. Yang terakhir ini bahkan lebih parah lagi. Karena orang yang banyak meminta maaf tanpa mudah memberi maaf adalah orang egois dalam  makna yang paling menyebalkan.
Sebagai penutup, harus pula kita ingatkan bahwa segala sesuatu tidaklah boleh berlebihan. Begitu juga meminta atau memberi maaf. Tak boleh memberi maaf hingga pada batas melalaikan amar ma’ruf nahi munkar. Tak apik seseorang terlalu banyak meminta maaf sampai-sampai ungkapan itu hanya menjadi pemoles bibir saja. Banyak meminta maaf, lalu berbuat kekeliruan yang sama lebih banyak lagi.
Orang seperti itu tak butuh diingatkan untuk banyak mengumbar permintaan maaf, tapi cukup diberi penyadaran bahwa meminta maaf pun ada konsekuensinya. Jangan cuma minta maaf, tapi yang penting kesalahan itu jangan diulangi lagi! (***)
Catatan kaki:
[1] Dikeluarkan oleh at-Tirmidzi dalam al-Birr, no. 2017.  Diriwayatkan oleh Thayalisi (2423), Ahmad (VI :  174, 236, dan 246) sanad-nya shahih, bagian pertama darinya dikuatkan oleh beberapa syahid pada Abû Syekh, hal. 37).
[2]  Lihat: Min Akhtha al-Azwaj, Ibrahim al-Hamd, hlm. 45-49. Dalam buku ini, terdapat hadits yang menjelaskan tentang kelalaian suami terhadap istrinya dari sisi ini beserta cara mengatasinya.

Rubrik Fikih Keluarga, Majalah Nikah Sakinah, Juli 2010

HARI INI ENGKAU TERTAWA, ESOK BISA JADI ENGKAU MENANGIS

 HARI INI ENGKAU TERTAWA, ESOK BISA JADI ENGKAU MENANGIS …
Ditulis oleh ustadz Abu Zubair Hawaary Lc.
http://abuzubair.net




Jalan dunia ini tidak selamanya datar dan mulus. Banyak hal-hal yang tidak pernah kita duga ada dihadapan kita. Suka duka, sedih dan gembira adalah warna-warni kehidupan. Dunia tidak pernah menjanjikan kenikmatannya yang abadi kepada siapapun. Sekalipun zohir sebagian orang-orang kaya tampak bahagia, tentram dan damai dengan kelapangan hidup, harta dan pembantu-pembantu yang dimilikinya, hanya saja hakekat kehidupannya yang tidak diketahui orang lain berbeda sama sekali dengan penampilan zohirnya.
Berapa banyak manusia yang hidup dalam kenikmatan yang membuat ngiler orang-orang yang mendengarnya, hanya saja hari-hari tidak selalu dalam satu kondisi. Terkadang kenikmatannya diambil tiba-tiba ketika ia sedang berada dipuncak kenikmatan hidup, atau datanglah tragedI-tragedi zaman yang merampas darinya ..bukan ..bukan merampas apa yang dimilikinya, tidak. Akan tetapi merampas kelezatan menikmati apa yang dimilikinya, dan ini lebih dahsyat serta menyakitkan dari yang sebelumnya. Tidak merasakan nikmat hidup dari apa yang dimilikinya.
Tidak usah engkau tanyakan contohnya saudaraku …
Tanyakan saja kepada hari-hari yang telah berlalu dan masa-masa yang menjadi saksi-saksi bisu tentang orang-orang yang berjatuhan dalam hidup ini.
Tidak sedikit orang yang dikira hidup jaya di dunia ini, sehingga kerentaan, penyakit, dan kelemahan mendatanginya, merampas kelezatan hidupnya lalu meninggalkan kedua matanya nanar melihat kenikmatan tapi ia tidak dapat mengambil manfaat darinya sedikitpun. Bak fatamorgana yang terlihat seperti telaga oleh orang-orang yang dahaga, tatkala didekati ia tidak dapatkan apa-apa selain rasa haus yang kian mencekik dan menyesakkan.
Ada dua orang yang selalu membuat saya heran. Seorang yang dianugerahi kedudukan duniawi, lalu ia lalim, angkuh dan sombong dan menyakiti orang-orang yang dibawah pimpinannya. Ia tidak takut kepada Allah dalam memimpin mereka. Padahal ia yakin bahwa kedudukannya ini pasti lenyap dalam waktu yang telah ditentukan Allah. Dalam sekejap kedudukan dan kemegahan duniawi itu diambil Allah, lalu si sombong itu menjadi orang yang lebih rendah dari orang biasanya.
Yang kedua, seorang yang dianugerahi Allah kekuasaan atau kedudukan, atau harta yang berlimpah tidak ada orang yang menandinginya. Lalu ia menghabiskan umurnya dalam menjaga dan menambah harta tersebut. Tidak berbuat sesuatu yang akan menjadi kebaikan yang kekal diingat manusia dan bermanfaat untuknya setelah mati. Atau menjadi penghiburnya di hari tua. Hari ketika ia melihat setiap orang memakan makanan yang lezat dan nikmat kecuali dia hanya memakan sepotong roti kering yang bisa jadi orang miskinpun tak mau memakannya.
Jadi seperti yang dikatakan orang-orang arif dan bijak; jalan hidup lurus tanpa berliku itu mustahil. Hari-hari selalu berobah dari waktu-kewaktu. Bisa saja seorang itu bangkrut lalu jatuh miskin atau ditimpa penyakit, sehingga tersibukkan dari harta benda yang telah dikumpulkannya, atau datang orang lain yang merampas dengan paksa kekuasaan yang dimilikinya.
Kesusahan dan himpitan hidup juga bertingkat-tingkat, di antaranya ada yang lebih berat dan menyakitkan dari yang lainnya. Seperti dendam kesumat orang-orang yang menanti-nanti keruntuhan dan kejatuhan. Mereka menanti saat-saat itu, apalagi jika orang yang jatuh itu orang yang pernah berlaku zalim dan semena-mena tidak punya kebaikan yang bisa meringankannya.
Betapapun pahitnya sebuah keruntuhan akan tetapi sebagiannya lebih ringan dari yang lainnya. Dalam sejarah kita bisa melihat kejatuhan kekuasaan “Baramikah” dan bagaimana Harun Ar-Rosyid membalas dendam dengan membunuh Ja’far bin Yahya Al-Barmaky dan menyalibnya serta memenjarakan ayah dan saudaranya. Lalu mengambil harta-harta mereka, hanya saja dulu mereka pernah berbuat baik sehingga orang banyak masih mengenang kebaikannya itu sekalipun kekuasaan dan harta mereka telah dirampas. Oleh karenanya tidak sedikit orang-orang yang menangisi kondisinya ditiang salib. Sampai-sampai Harun Ar-Rosyid marah kepada seorang penyair yang memuji-muji Ja’far Al-Barmaky.
Benarlah apa yang difirmankan Allah Ta’ala,
وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
Artinya, “Itulah hari-hari yang kami putarkan silih berganti diantara manusia”. (Ali Imron : 140)
Kekuasaan akan sirna, masa muda beralih kepada tua, sehat kepada sakit. Akan tetapi pertanyaannya, “Apakah akan dikatakan sesuatu yang baik saat perpisahan dan sesudahnya? Ataukah cukup dikatakan, pergilah dan tak usah kembali lagi?!”.
وعن ابن عباس رضي الله عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لرجل وهو يعظه اغتنم خمسا قبل خمس شبابك قبل هرمك وصحتك قبل سقمك وغناك قبل فقرك وفراغك قبل شغلك وحياتك قبل موتك رواه الحاكم وقال صحيح على شرطهما
Dari Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhuma ia menuturkan, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda menasehati seseorang, “Pergunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara; masa mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu kosongmu sebelum kesibukkanmu dan hidupmu sebelum matimu”.[1]
Jangan lupa .. hidupmu bukan hanya hari ini, masih ada esok hari atau setelah mati, wallahu a’lam.
(Abuz Zubeir Hawaary)[2]
——————————————————————————–
[1] Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan ia berkata, “Shohih atas syarat keduanya (Bukhari dan Muslim)”. Juga dishohihkan oleh Syeikh Al-Albanyi di Shohih At-Targhib wat Tarhiib no.3355.
[2] Untuk seorang sahabat yang sedang terhimpit beban hidup nun jauh disebarang sana, semoga Allah memudahkan urusanmu. Bersabarlah .. kesulitan di dunia tidak seberapa dibandingkan kesulitan di akhirat kelak .. wallahul musta’an.

aku cuma ingin jadi matahari untuknya

 

Seorang wanita bertanya pada seorang pria tentang cinta dan harapan.
Wanita berkata ingin menjadi bunga terindah di
dunia dan pria berkata ingin menjadi matahari.
Wanita tidak mengerti kenapa pria ingin jadi
matahari, bukan kupu kupu atau kumbang yang
bisa terus menemani bunga… Wanita berkata ingin menjadi rembulan dan pria
berkata ingin tetap menjadi matahari.
Wanita semakin bingung karena matahari dan
bulan tidak bisa bertemu, tetapi pria ingin tetap jadi
matahari…
Wanita berkata ingin menjadi Phoenix yang bisa
terbang ke langit jauh di atas matahari dan pria
berkata ia akan selalu menjadi matahari…
Wanita tersenyum pahit dan kecewa.
Wanita sudah berubah 3x namun pria tetap keras kepala
ingin jadi matahari tanpa mau ikut berubah bersama wanita.
Maka wanita pun pergi dan tak pernah lagi kembali
tanpa pernah tahu alasan kenapa pria tetap menjadi matahari…
Pria merenung sendiri dan menatap matahari…. .
Saat wanita jadi bunga, pria ingin menjadi
matahari agar bunga dapat terus hidup.
Matahari akan memberikan semua sinarnya untuk
bunga agar ia tumbuh, berkembang dan terus hidup sebagai bunga yang cantik. Walau matahari tahu ia hanya
dapat memandang dari jauh dan pada akhirnya kupu kupu yang akan menari bersama bunga. Ini disebut
kasih yaitu memberi tanpa pamrih…
Saat wanita jadi bulan, pria tetap menjadi
matahari agar bulan dapat terus bersinar indah dan
dikagumi. Cahaya bulan yang indah hanyalah
pantulan cahaya matahari, tetapi saat semua
makhluk mengagumi bulan siapakah yang ingat
kepada matahari ??
Matahari rela memberikan cahaya nya untuk
bulan walaupun ia sendiri tidak bisa menikmati cahaya
bulan, dilupakan jasanya dan kehilangan
kemuliaan nya sebagai pemberi cahaya agar bulan
mendapatkan kemuliaan tersebut.
Ini disebut dengan Pengorbanan. .
menyakitkan namun sangat layak untuk cinta..
Saat wanita jadi Phoenix yang dapat terbang
tinggi jauh ke langit bahkan di atas matahari, pria tetap
selalu jadi matahari agar Phoenix bebas untuk
pergi kapan pun ia mau dan matahari tidak akan mencegahnya.
Matahari rela melepaskan phoenix untuk pergi jauh,
namun matahari akan selalu menyimpan cinta
yang membara di dalam hatinya hanya untuk phoenix.
Matahari selalu ada untuk Phoenix kapan pun ia mau
kembali walau phoenix tidak selalu ada untuk
matahari. Tidak akan ada makhluk lain selain
Phoenix yang bisa masuk ke dalam matahari dan
mendapatkan cinta nya. Ini disebut dengan
Kesetiaan, walaupun ditinggal
pergi dan dikhianati namun tetap menanti dan
mau memaafkan… .
Dan pria tidak pernah menyesal menjadi
matahari bagi wanita….